Hari Raya Kuningan

12-08-2023 - Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil — Pemerintah Kab. Klungkung

Salah satu hari besar yang dirayakan oleh umat Hindu adalah hari raya Kuningan. Simak informasi mengenai sejarah dan makna hari raya Kuningan berikut ini.
Hari raya Kuningan merupakan bagian dari rangkaian hari raya Galungan yang dirayakan beberapa hari setelah Galungan. Istilah Kuningan berasal dari kata "uning" yang artinya "ingat". Kuningan juga berasal dari kata "kuning" yang artinya "makmur".

Selain itu, Kuningan juga dapat diartikan sebagai "kauningan" yang artinya mencapai peningkatan spiritual dengan cara introspeksi agar terhindar dari mara bahaya.
Dilansir detikNews, berdasarkan Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 422.3/15315/PK/BKPSDM tentang Hari Libur Nasional, Cuti Bersama dan Dispensasi Hari Raya Suci Hindu di Bali Tahun 2023, Hari Raya Kuningan 2023 diperingati dua kali pada tahun ini, yaitu 14 Januari 2023 dan 12 Agustus 2023. Lantas, bagaimana sejarah terciptanya hari raya Kuningan?

Berikut ini penjelasan mengenai hari raya Kuningan yang dikutip dari skripsi berjudul 'Makna dan Tata Cara Upacara Hari Raya Kuningan dalam Agama Hindu' yang disusun oleh Desy Susanti dari Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, diakses dari situs repository.uinjkt.ac.id pada Rabu (9/10/2023).

Sejarah Hari Raya Kuningan
Hari raya Kuningan dirayakan oleh umat Hindu sejak sekitar 1.200 tahun yang lalu. Berdasarkan Lontar Purana Bali Dwipa, Kuningan pertama kali dirayakan tahun 882 Masehi.

Upacara hari raya Kuningan jatuh pada hari Sabtu Kliwon Wuku Kuningan, yaitu setiap enam bulan sekali atau 210 hari sekali, sepuluh hari setelah hari raya Galungan.

Hari raya Kuningan merupakan hari kembalinya Sang Hyang Widhi diiringi para Dewa dan Pitara, di mana umat menghaturkan bakti memohon kesentosaan dan kedirgayusan (panjang umur), serta perlindungan tuntunan lahir batin.

Pada hari raya Kuningan, banten (sesajen) yang dihaturkan umat Hindu harus dilengkapi dengan nasi yang berwarna kuning. Tujuannya adalah sebagai tanda terima kasih atas kesejahteraan dan kemakmuran yang dilimpahkan oleh Hyang Widhi Wasa.

Hari raya Kuningan tidak boleh dilakukan melewati jam 12 siang karena umat Hindu mempercayai para Dewa, Bhatara, diiringi oleh para Pitara yang turun ke bumi hanya sampai tengah hari saja.

Makna Hari Raya Kuningan
Makna upacara Kuningan bagi kehidupan masyarakat Hindu yaitu untuk memupuk kasih sayang kepada keluarga serta seluruh ciptaannya agar terjadi keharmonisan atau disebut juga sebagai hari kasih sayang.

Terutama kasih sayang kepada leluhur dan pengaplikasiannya kepada keluarga. Hari raya Kuningan juga merupakan perayaan kemenangan dharma melawan adharma atau kebaikan melawan kejahatan.

Mengutip situs Desa Gobleg, Kab. Buleleng, pada Hari Raya Kuningan banten atau sesajen pada setiap desa belum tentu sama, karena memang banten memiliki versi yang beragam. Namun, umumnya pada hari Raya Kuningan menggunakan upakara sesajen yang berisi simbol tamiang dan endongan, di mana makna tamiang memiliki lambang perlindungan dan juga melambangkan perputaran roda alam.

Sedangkan endongan maknanya adalah perbekalan. Bekal yang paling utama dalam mengarungi kehidupan adalah ilmu pengetahuan dan bhakti (jnana). Sementara senjata yang paling ampuh adalah ketenangan pikiran.

Sarana lainnya, yakni ter dan sampian gantung. Ter adalah simbol panah (senjata) karena bentuknya memang menyerupai panah. Sementara sampian gantung sebagai simbol penolak bala.

Pada hari raya Kuningan juga dibuat nasi kuning sebagai lambang kemakmuran dan dihaturkan sesajen-sesajen sebagai tanda terima kasih dan suksmaning idep kita sebagai manusia yang menerima anugerah dari Sang Hyang Widhi.

Selain itu, pelaksanaan upacara Hari Raya Kuningan yang dilakukan sebelum tengah hari juga memiliki makna tersendiri. Batasan tersebut merupakan waktu bagi energi alam semesta (panca mahabhuta: pertiwi, apah, bayu, teja, akasa) untuk bangkit, yaitu mulai pagi hingga mencapai klimaksnya di bajeg surya (tengah hari).

Setelah lewat bajeg surya disebut masa pralina (pengembalian ke asalnya) atau juga dapat dikatakan pada masa itu energi alam semesta akan menurun dan pada saat sanghyang surya mesineb (malam hari) adalah saatnya beristirahat (tamasika kala).

Berdasarkan penjelasan tersebut, hari raya Kuningan bermakna sebagai pengingat bagi umat Hindu untuk selalu ingat menyama braya, meningkatkan persatuan dan solidaritas sosial, serta diharapkan selalu ingat kepada lingkungan dan mengucap syukur kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa.


Sumber:  https://www.detik.com/jateng/berita/d-6870433/hari-raya-kuningan-2023-sejarah-dan-maknanya.


#DisdukcapilMerajutEkosistem

#7thBerinovasiUntukNegeri

#SalamGemaSanti

@kompascom @detikcom @balebengong @rbkunwas @OmbudsmanBali 

@kabarklungkung @infoklungkung_   


Bagikan berita melalui