Talkshow Pengarusutamaan Gender dan Hari Kartini di Bea Cukai Kualanamu

31-07-2018 - Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Kualanamu — Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera Utara

Kualanamu(26/04/2018)- Hanya dua hari berselang setelah Coffee Morning bersama media, Bea Cukai Kualanamu kembali menggelar talkshow bernuansa PUG sekaligus peringatan hari Kartini. Talkshow kali ini terasa spesial dengan hadirnya beberapa pakar yang telah berkecimpung di bidang gender dan PUG selama 18 tahun, Yulfita Rahardjo dan juga Kasubbag umum dan KI BPIB Tipe A Jakarta Sofianty Anwar sebagai salah satu pembicara. Pada acara ini, Bea Cukai Kualanamu memperkenalkan tagline PUG yakni Memastikan Pemerintah Ada dan Hadir Bagi Semua Orang. Tak hanya itu, logo PUG Bea Cukai Kualanamu pun diluncurkan di kesempatan tersebut.

Sejumlah tembang dilantunkan dengan merdu oleh grup musik Bea Cukai Kualanamu KNOustic sebagai pembuka acara. Acara semakin meriah dengan penampilan tari Nusantara yang dibawakan oleh para pegawai Bea Cukai Kualanamu.

Kepala Kantor Wilayah DJBC Sumatera Utara Oza Olavia menyambut para hadirin dengan membacakan salah satu surat Kartini yang ditulis pada tanggal 21 Januari 1901.

Yulfita yang menjadi pembicara pertama dalam talkshow menuturkan, Pengarusutamaan Gender (PUG) berarti setiap orang berhak mendapat kue pembangunan secara adil. Dengan kata lain, No One Left Behind, tidak ada satu pun yang tertinggal.

Ia melihat, masih banyak orang memahami gender sebagai masalah perempuan dan feminisme. Padahal, gender merupakan sesuatu yang dibentuk oleh budaya menyangkut peran pria dan wanita. Lebih lanjut, dengan definisi yang benar tentang gender, diharapkan masyarakat bisa berlaku sebagaimana pria atau wanita dengan seperangkat hak dan status yang meliputinya.

Gender, kata dia, berubah seiring berjalannya waktu. Sebagai contoh, dahulu perempuan hanya berkutat di rumah. Kini, perempuan sudah berkiprah di berbagai bidang layaknya pria. “Gender adalah menjadi perempuan dan menjadi laki-laki seperti yang diharapkan budaya kita dengan seperangkat status, hak, dan lainnya,” kata wanita 78 tahun ini.

Senada dengan Yulfita, Sofianty mengatakan PUG adalah strategi agar pria, wanita, anak-anak, orang tua, dan disabilitas mendapatkan keadilan. “Implementasi PUG ini untuk keselarasan yang lebih baik,” katanya. Ia menyebutkan, ada tiga poin dalam life balance, yakni keterlibatan, keseimbangan waktu, dan kepuasan. Keseimbangan waktu dan keterlibatan erat kaitannya dengan PUG. “Kalau kita salah memberi definisi ini, akan berdampak pada kantor, keluarga, dan berujung pada kebijakan yang salah,” ucapnya.

Seusai talkshow, perwakilan pegawai Bea Cukai Kualanamu dan dua orang darma wanita membaca dengan lantang surat-surat Kartini. Peluncuran logo yang dilakukan dengan pemberian pin bergambar logo PUG menutup acara tersebut.

 
Bagikan berita melalui