GERAKAN PENGENDALIAN OPT PADI DI DESA SUMBEREJO KEC. BONANG

18-05-2020 - Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak — Pemerintah Kab. Demak

Di tengah pandemi COVID-19 kelompok tani Mukti Rahayu Desa Sumberejo Kecamatan Bonang Kabupaten Demak pada tanggal 14 Mei 2020 melaksanakan Gerakan Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) padi dengan menggunakan bahan pengendali Metarizep, Paenibacillus dan PGPR.

Metarizep merupakan bioinsektisida yang efektif digunakan sebagai pengendali hayati hama. Penggunaan metarizep tidak menimbulkan resistensi terhadap hama sasaran serta aplikasi dapat dicampurkan dengan insektisida kimia (pencampuran dilakukan ketika tingkat serangan hama di lapangan tinggi). Komposisi Metarizep terdiri dari Metarhizium anisopliae 6,9 x 10^8 cfu/gram Beuvaria bassiana 3,5 x 10^7 cfu/gram.

Metarizep, insektisida biologi yang mengandung jamur Metarhizium sp. dan jamur Beuvaria bassiana. Kedua agen biologis tersebut sangat efektif dalam mengendalikan hama baik ulat daun, ulat tanah, kumbang penghisap maupun wereng dan walang sangit pada tanaman padi. Aplikasinya selain baik untuk pertanaman sayur, tanaman padi, juga cocok untuk lingkungan pekarangan anda. Metarizep relatif aman dan ramah lingkungan, sementara daya bunuh hamanya juga sangat baik untuk membuat hama stop feeding, paralisis, kemudian mati, namun aman bagi pengguna. Selain itu dapat juga memutus siklus kekebalan hama pada daerah yang sudah kebal pestisida kimia. Dengan isi bersih kemasan 50 gram saja sudah cukup untuk pengenceran sebanyak 60 liter air atau 4 tangki sprayer besar. Penggunaan Metarizep dengan cara perendaman terlebih dahulu dalam 500 ml air selama 6 - 12 jam, kemudian encerkan kembali untuk 60 liter air. Semprotkan merata ke seluruh bagian tanaman. Lingkungan aman, penggunanya aman, dan hasilnya terbukti efektif. Untuk lingkungan anda yang sudah kebal dengan insektisida kimia, coba aplikasikan Metarizep untuk menghilangkan status kekebalan hama terhadap pestisida kimia.

Penyakit yang banyak menyerang tanaman padi di antaranya adalah hawar daun bakteri atau bacterial leaf blight (BLB) akibat bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae Dye yang dapat menurunkan produksi padi. Untuk mengendalikan penyakit tersebut antara lain dengan menggunakan Paenibacillus. Paenibacillus merupakan agen hayati dari jenis bakteri yang diperoleh secara alami di lapangan.

Dewasa ini beberapa petani kita dalam melakukan kegiatan usahataninya erat dengan sesuatu yang bernama PGPR. Ada sebagian petani yang mengartikan bahwa PGPR mengandung arti Piye Gawe Petani Ra rekasa. Suatu ungkapan dalam bahasa jawa yang bermakna keinginan petani untuk sesuatu yang baru yang dapat membantu petani mengurangi permasalahan dalam usahataninya.

PGPR singkatan dari Plant Growth Promoting Rhizhobacteria adalah sejenis bakteri yang hidup di perakaran tanaman. Dalam perkembangannya bakteri ini akhirnya dieksplorasi oleh beberapa peneliti di berbagai negara penghasil produk pertanian. Termasuk di negara kita. Beberapa peneliti dan perguruan tinggi mengeksplorasi bakteri ini dari lingkungan sekitar kita dan mensosialisasikan hasilnya ke masyarakat dan instansi terkait. PGPR ini menjadi primadona ketika Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu kembali digalakkan di seluruh pelosok tanah air. Karena melalui kegiatan tersebut sosialisasi dan bimbingan teknis penggunaan serta pembuatan PGPR ini disebarluaskan ke masyarakat petani. Dan PGPR pun mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama pada beberapa tahun terakhir.

PGPR merupakan bakteri-bakteri yang hidup di sekitar perakaran tanaman. Akar  adalah sumber kehidupan, tempat terjadinya pertukaran udara, unsur hara, dekomposisi dll. Bakteri tersebut hidup secara berkoloni menyelimuti akar tanaman. Bagi tanaman keberadaan mikroorganisme ini sangat baik, karena bakteri ini memberi keuntungan dalam proses fisiologi tanaman dan pertumbuhannya. Rhizobakteria pemacu tumbuh tanaman  adalah kelompok bakteri yang menguntungkan yang agresif menduduki (mengkolonisasi) rizosfir (bagian perakaran). Aktivitas bakteri ini sangat menguntungkan bagi tanaman baik langsung maupun secara tidak langsung. Pengaruh langsungnya didasarkan atas kemampuannya menyediakan dan memfasilitasi penyerapan berbagai unsur hara dalam tanah serta mensintesis dan mengubah konsentrasi fithohormon pemacu tumbuh. Sedangkan pengaruh tidak langsungnya adalah berkaitan dengan kemampuan menekan aktivitas patogen dengan menghasilkan berbagai senyawa atau metabolit seperti antibiotik.

Sejumlah bakteri penyedia hara yang hidup pada rhizosfer akar (rhizobakteri) disebut sebagai rhizobakteri pemacu tumbuh tanaman (plant growthpromoting rhizobacteria = PGPR). Kelompok ini mempunyai peranan (1) menambat N2,  (2) menghasilkan hormon tumbuh (seperti IAA, giberelin, sitokinin, etilen, dan lain-lain), (3) menekan penyakit tanaman asal tanah dengan glukanase, kitinase, sianida memproduksi siderofor; dan (4) melarutkan P dan hara lainnya.

PGPR mampu memacu pertumbuhan tanaman dan fisiologi akar serta mampu mengurangi penyakit atau kerusakan oleh serangga serta sebagai tambahan bagi kompos serta mempercepat proses pengomposan. Pengurangan pestisida dan rotasi penanaman dapat memacu pertumbuhan populasi dari bakteri-bakteri yang menguntungkan seperti PGPR. Aplikasi PGPR mampu mengurangi kejadian dan keparahan penyakit. Beberapa bakteri PGPR yang diinokulasikan pada benih sebelum tanam dapat memberi pertahanan pada tudung akar tanaman. Hal inilah yang membuat bakteri PGPR mampu mengurangi keparahan dari penyakit dumping-off (Pythium ultimatum) di tanaman. Beberapa bakteri PGPR mampu memproduksi racun bagi patogen tanaman, misalnya bakteri Bacillus subtilis mampu melawan cendawan patogen.

PGPR dapat meningkatkan kualitas pertumbuhan tanaman melalui  produksi hormon pertumbuhan, kemampuan fiksasi N untuk peningkatan penyediaan N tanah, penghasil osmolit sebagai osmoprotektan pada kondisi cekaman kekeringan dan penghasil senyawa tertentu yang dapat membunuh patogen tanaman.

Kelebihan yang dimiliki PGPR di antaranya adalah :

  • Menambah fiksasi nitrogen di tanaman kacang – kacangan
  • Memacu pertumbuhan bakteri fiksasi nitrogen bebas
  • Meningkatkan ketersediaan nutrisi lain seperti phospat, belerang, besi dan tembaga
  • Memproduksi hormon tanaman
  • Menambah bakteri dan cendawan yang menguntungkan
  • Mengontrol hama dan penyakit tumbuhan

Cara pembuatan mudah dan tidak membutuhkan biaya yang besar. Adapun caranya sebagai berikut (1) Rendam 100 gr akar bambu dalam air matang dingin 2-4 hari, (2) Rebus 400 gr gula pasir, 200 gr trasi, dan 10 lt air sampai memdidih selama 20 menit, (3) Setelah dingin semua bahan dimasukkan ke dalam tempat kemudian ditutup rapat. Setelah 15 hari PGPR siap digunakan. Penggunaannya bervariasi sesuai dengan kebutuhan di antaranya dengan mencampur 1 lt PGPR ke dalam 1 tangki dan disemprotkan ke lahan yang belum ditanami, dan diulangi penyemprotan setiap 20 hari sekali. PGPR ini dapat digunakan pada berbagai tanaman, baik tanaman padi, kedelai, sayuran, buah-buahan maupun tanaman hias. Dengan penggunaan PGPR, teknologi pengendalian ramah lingkungan secara komprehensif dan pengurangan penggunaan pestisida dapat diterapkan.

(Heri Wuryanta STP, MP)

Bagikan berita melalui