Diskominfo – Madina. Latarbelakang lahirnya wawasan kebangsaan itu muncul ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Wawasan kebangsaan tersebut kemudian mencapai satu tonggak sejarah, bersatu padu memproklamasikan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945. Konsep kebangsaan merupakan hal yang sangat mendasar bagi bangsa Indonesia. Dalam kenyataannya konsep kebangsaan itu telah dijadikan dasar negara dan ideologi nasional yang terumus di dalam Pancasila sebagaimana terdapat dalam Alinea IV Pembukaan UUD 1945. Konsep kebangsaan itulah yang membedakan bangsa Indonesia dengan bangsa-bangsa lain di dunia ini.
Wawasan kebangsaan pada hakekatnya adalah hasrat yang sangat kuat untuk kebersamaan dalam mengatasi segala perbedaan dan diskriminasi. Wawasan kebangsaan tidak dilandai atas asal usul kedaerahan, suku, keturunan, status sosial, agama dan keyakinan. Jadi wawasan kebangsaan itu mutlak untuk dimiliki oleh setiap warga negara Indonesia. Di Indonesia wawasan kebangsaan sudah mulai tergeser oleh berbagai budaya asing yang masuk dan warga negaranya cenderung tidak peduli terhadap wawasan kebangsaan tersebut.
Wawasan kebangsaan dapat dilihat melalui 4 pilar kebangsaan yaitu: Pancasila, UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.
Pancasila merupakan pilar pertama untuk kokohnya negara dan bangsa Indonesia. UUD 1945 merupakan pilar kedua dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Para pendiri bangsa Indonesia memilih bentuk Negara Kesatuan, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Indonesia memiliki semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang artinya “Berbeda-beda tetapi satu jua”. Semboyan ini pertamakali diungkapkan oleh Mpu Tantular, seorang pujangga dari kerajaan Majapahit pada pemerintahan Raja Hayam wuruk sekitar tahun 1350 – 1389.
Wawasan kebangsaan melalui 4 pilar ini harus tetap kita jaga sebagai bentuk terimakasih kepada para pahlawan yang telah gugur dalam memperjuangkan tanah air Indonesia. Menurut beberapa ahli menjaga 4 pilar ini dibutuhkan pendekatan khusus. seperti pendekatan Kultural (Dengan memperkenalkan budaya dan kearifan lokal lebih mendalam kepada generasi muda), Pendekatan Edukatif (memberikan pendidikan baik sekolah maupun keluarga yang layak kepada generasi penerus), Hukum (tindakan tegas terhadap segala tindak kekerasan sehingga memberikan efek jera bagi para pelaku tindak kekerasan dan kriminal), dan Struktural (Pendekatan ini dapat dimulai dari Ketua Rukun Tetangga, Rukun Warga, kepala desa, camat, lurah sampai bupati/wali kota hingga gubernur. Kegiatan-kegiatan yang dapat mempersatu masyarakat harus selalu diupayakan oleh lembaga sosial dan aparatur negara tersebut).
Kesadaran berbangsa dan bernegara berarti sikap dan tingkah laku yang harus sesuai dengan kepribadian bangsa, negara dan meningkatkan dirinya dengan cita-cita dan tujuan hidup bangsa Indonesia. Berbagai masalah yang berkaitan dengan kesadaran berbangsa dan bernegara sebaiknya mendapat perhatian dan tanggung jawab kita semua. sehingga amanat pada UUD 1945 untuk menjaga dan memelihara NKRI serta kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan.
Seminar, Talkshow, Diskusi Peningkatan Wawasan Kebangsaan Tahun 2019 di Kabupaten Mandailing Natal dilaksanakan di Gedung Serbaguna, Desa Parbangunan Panyabungan, Kamis (24/10/2019)
Dalam acara itu dihadiri oleh Bupati Mandailing Natal, Drs Dahlan Hasan Nasution, Sekretaris Daerah Kabupaten Mandailing Natal, Gozali Pulungan, SH. MM, Ketua DPRD Kabupaten Mandailing Natal, Anggota Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kabupaten Mandailing Natal, Ketua Partai Politik se-Kabupaten Mandailing Natal, Para Asisten Kabupaten Mandailing Natal, Para Staf Ahli Kabupaten Mandailing Natal, Kepala OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, Danramil 13 Panyabungan, Camat se-Kabupaten Mandailing Natal, Ketua TP PKK Kabupaten Mandailing Natal, Ny. Ika Desika Dahlan Hasan Nasution, Para Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat dan Tokoh Agama, Ketua Kwarcab Pramuka Kabupaten Mandailing Natal.
Narasumber Seminar, Talkshow, Diskusi Peningkatan Wawasan Kebangsaan Tahun 2019 di Kabupaten Mandailing Natal dari Direktorat Politik Dalam Negeri, Nika S. Saragih, SSTP, M.Si, Guru Besar USU, Prof. Dr. Ir. H.M Turmuzi Lubis, M.Si, Bupati Mandailing Natal, Drs Dahlan Hasan Nasution dan Ketua STAIN Kabupaten Mandailing Natal, Dr. H. Torkis Lubis, Lc. D.E.S.S.
Peserta yang mengikuti Seminar, Talkshow, Diskusi Peningkatan Wawasan Kebangsaan Tahun 2019 di Kabupaten Mandailing Natal, ASN, Anggota Polri, Koramil, Organisasi Kepemudaan dan Masyarakat, Media Cetak Elektronik, Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat, Tokoh Ulama, Pelajar dan Mahasiswa se-Kabupaten Mandailing Natal.
Bupati Mandailing Natal memberikan kata sambutan sekaligus membuka Seminar, Talkshow, Diskusi Peningkatan Wawasan Kebangsaan Tahun 2019 di Kabupaten Mandailing Natal “Wawasan kebangsaan kita dapat dilihat dari Pancasila (Cara kita menyayangi dan menghargai jasa-jasa para pahlawan dan leluhur), UUD 1945 (Sebagai acuan kita atau sumber hukum kita), NKRI (Negara Indonesia terkenal dengan banyaknya pulau didalamnya, Bermacam suku, adat, budaya dan agama), Bhinneka Tunggal Ika (Perbedaan yang ada kita buat jadi kekuatan)” Pembangunan di Mandailing Natal sebagai wujud kebhinnekaan berbagai terobosan pembangunan seperti: Bandara Udara, Pelabuhan Palimbungan, Kawasan Ekonomi Khusus, Rumah Sakit Umum Daerah, STAIN, Jalan di Panyabungan Timur, Rencana Pembangunan Pasar Baru, Hutan Sosial, Wisata Muhasabah dan wisata bukit bendera dan lain-lain” ujar Bupati Mandailing Natal
Dalam kesempatan itu narasumber dari Direktorat Politik Dalam Negeri, Nika S. Saragih, SSTP, M.Si, menyampaikan “Sangat tersanjung saat pertama kali disambut oleh Bupati Mandailing Natal dan untuk pertama kalinya datang di Tanah Mandailing Natal, bumi gordang sambilan, dan berterimakasih atas kesempatan yang diberikan dalam memberikan semangat jiwa kebangsaan khusunya generasi muda generasi milenial. acara ini ada karena dilihat dari menurunnya wawasan kebangsaan di kalangan generasi muda dizaman sekarang ini dan semoga dengan adanya acara Seminar, Talkshow, Diskusi Peningkatan Wawasan Kebangsaan melalui 4 pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika dapat memberikan energi positif bagi generasi millenial.
Narasumber Guru Besar USU, Prof. Dr. Ir. H.M Turmuzi Lubis, M.Si mengatakan “Pilar-pilar kebangsaan yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika. Wawasan kebangsaan itu seperti amalan generasi milenial dan masadepan bangsa seperti, Terbentuknya suatu bangsa dan Aspirasi bangsa. Menumbuhkan keyakinan kepercayaan apa yang harus dilakukan untuk bangsa seperti Generasi X dan Kaum Millenial yaitu era teknologi informasi. Isu penting bagi pemahaman kebangsaan yaitu agama (Pemahaman dan pengalaman), ideologi dan partisipasi politik (Perlu pembinaan ideologi secara kontinue demi mencegah pemahaman radikalisme). Dalam menghadapi era teknologi sumper canggih sekarang ini ada ancaman berubah sifat dari Hard ke Soft bagi kaum millenial karena sifat kaum millenial berpatokan dengan materi (Hedolisme), Individualistik dan Materialisme”
Tim Redaksi
Macam-Macam Pasal Pencurian Pada KUHP
Jumat, 09 Jun 2023PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEKERASAN KEPADA ANAK DI INDONESIA
Rabu, 08 Feb 2023Kode Transaksi Faktur Pajak, Kenali Jenis dan Saat Penggunaannya
Rabu, 28 Sep 2022Mengenal Undang-Undang ITE
Minggu, 14 May 2023Ingin Ganti Nama? Begini Prosedur Hukumnya
Selasa, 12 May 2020