Bicara leadership selalu menarik dan menjadi topik hangat dalam setiap periode kepemimpinan, baik kepemimpinan berskala Internasional, nasional maupun kepemimpinan skala terkecil yang dekat dengan diri kita, yakni memimpin diri sendiri. Di Indonesia, dalam satu dasawarsa terakhir ini, semakin banyak konsultan training kepemimpinan yang merambah ke dunia birokrasi.
Seorang pemimpin dituntut mempunyai kecerdasan berkomunikasi, karena komunikasi menjadi salah satu faktor keberhasilan seseorang menjadi pemimpin yang baik. Di era sekarang, pemimpin dengan kemampuan interpersonal skill yang tinggilah yang mampu menaklukkan tantangan dihadapannya, baik tantangan profesional maupun tantangan situasional.
Dalam suatu workshop komunikasi efektif, seorang pakar komunikasi Ninda Nindiani, MA, menyampaikan ada 3 (tiga) gaya kepemimpinan menurut teori Path Goal, yaitu (1) Direktif, (2) Suportif dan (3) Partisipatif.
Kepemimpinan Direktif, gaya kepemimpinan yang akan mempengaruhi kepuasan dan harapan bawahan. Atasan sering memberikan perintah atau tugas khusus. Tipe ini merupakan praktek otoriter. Anggota atau bawahan tidak pernah diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam mengemukakan pendapat, apalagi dalam mengambil keputusan. Gaya seperti ini didasarkan pada kekuatan, kekuasaan dan wewenang. Atasan selalu memberi petunjuk spesifik untuk kinerja bawahannya.
Pemimpin tipe ini menganggap kepemimpinannya merupakan hak pribadinya dan berpendapat bahwa dia dapat menentukan apa saja dalam organisasi, tanpa mengadakan konsultasi dengan bawahannya. Iklim kepemimpinan akan menjadi sangat tegang. Sisi positif kepemimpinan direktif, akan efektif diterapkan pada situasi darurat atau situasi baru, penuh ketidakpastian dan penuh dengan tekanan, dimana konsultasi dengan bawahan sudah tidak dimungkinkan lagi. Direktif ini juga akan efektif untuk menghadapi kondisi potensi konflik substansial dan menghadapi anggota tim yang pasif. Namun, akan kurang efektif jika menghadapi anggota tim yang berpengalaman dan mempunyai kompetensi tinggi.
Kepemimpinan Suportif, gaya kepemimpinan yang selalu bersedia menjelaskan segala permasalahan pada bawahan, mudah didekati dan memuaskan para bawahannya. Pemimpin tipe ini, biasanya menunjukkan sikap ramah dan peduli kepada bawahannya, mempertimbangkan kebutuhan para bawahannya dan menunjukan perhatian kepada mereka untuk meningkatkan kesejahteraan serta menjaga kondusif lingkungan. Hal ini akan meningkatkan motivasi diri para pegawai dan membuat pekerjaan lebih menarik.
Gaya kepemimpinan ini sangat efektif untuk situasi pekerjaan yang sulit, stress, membosankan atau situasi yang berbahaya. Prilaku pimpinan seperti ini sangat diperlukan dalam situasi dimana tugas atau hubungan fisik atau psikologisnya kurang baik.
Kepemimpinan Partisipatif, gaya kepemimpinan yang melibatkan bawahan dengan cara meminta dan menggunakan saran dari bawahan dalam rangka mengambil keputusan. Prilaku pemimpin yang partisipatif mengharapkan adanya saran dari bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Iklim ini membuat bawahan merasa dihargai dan dianggap mampu oleh atasannya untuk berperan dalam pengambilan keputusan. Gaya kepemimpinan seperti ini, akan berdampak sangat positif karena hubungan antara pemimpin dan bawahan akan terjaga dengan baik.
Gaya kepemimpinan ini sangat efektif untuk situasi tim kerja menjalankan tugas yang sudah terstruktur dengan jelas dan rapih dan juga akan sangat efektif untuk tim yang punya banyak inisiatif dan proaktif.
Dari ketiga referensi gaya kepemimpinan di atas, merupakan cerminan dunia nyata. Ketiga gaya kepemimpinan menjadi penting untuk diterapkan, tergantung kebutuhan. Tidak ada yang salah dalam gaya kepemimpinan, karena menggambarkan karakter, hanya akan efektif atau tidakkah terhadap kinerja yang akan dicapai sebagai tujuan organisasi.
Gaya kepemimpin itu akan sangat erat kaitannya dengan cara pemimpin berkomunikasi. Pemimpin harus mampu menciptakan komunikasi efektif yang berorientasi pencapaian tujuan. Begitu juga pemimpin di Ditjen Perbendaharaan harus mempunyai strategi dan menguasai tipe komunikasi. Tipe komunikasi ini dalam organisasi akan (1) memberi kepercayaan kepada tim bahwa mereka dapat melakukan tugas secara mandiri, (2) akan memberi dampak peningkatan kepercayaan diri pada tim kerja.
Disisi lain, keberhasilan pemimpin dalam berkomunikasi tidak terlepas dari pemahaman unsur pokok komunikasi yang harus dipenuhi. Unsur pokok tersebut yaitu pengirim pesan, pesan, saluran atau media komunikasi dan penerima pesan. Semua unsur ini harus berada pada frekuensi yang sama. Jika ada salah satu yang berbeda maka komunikasi tidak akan efektif sehingga tujuan organisasi tidak akan optimal pencapaiannya.
Dinamika dalam berkomunikasi akan menjadi tantangan tersendiri bagi pemimpin. Cara menyampaikan komunikasi menjadi prasyarat komunikasi efektif. Komunikasi dilakukan melalui suara, tulisan ataupun simbol, gerak tubuh ataupun penampilan. Kepiawaian seorang pemimpin dalam mengkombinasikan media komunikasi menjadi penting dalam mewujudkan tujuan organisasi.
Wawasan di atas tadi tidaklah cukup untuk membahas kepemimpinan. Dalam ilmu komunikasi, terdapat jenis komunikasi satu arah dan dua arah yang akan menjadi pilihan seorang pemimpin. Komunikasi satu arah, berlangsung dari satu pihak, tidak diberi kesempatan memberikan reaksi terhadap pesan yang diterima dari komunikator. Keuntungannya, berlangsung top down, cepat dan efisien, serta menjaga kewibawaan pimpinan karena pihak komunikan/bawahan tidak dapat memberikan umpan balik ataupun mengkritisasi pesan yang disampaikan. Kelemahannya, pimpinan otoriter terkesan otoriter, tidak memberikan kepuasan bagi komunikan karena tidak dapat menyampaikan reaksi, dapat menimbulkan kesalahpahaman, ketidakjelasan sehingga menimbulkan ketegangan atau kesalahan komunikasi.
Komunikasi dua arah dua belah pihak, timbal baik dari pihak komunikator maupun komunikan. Keuntungannya, ada kejelasan antara kedua belah pihak sehingga merasa puas. Semua informasi dapat diterima dengan jelas, akurat dan tepat, kesalahpahaman dapat dihindari dan dapat menumbuhkan suasan kerja yang penuh keakraban, kekeluargaan dan demokratis. Kelemahan, keputusan tidak dapat diambil cepat, sehingga bisa mempengaruhi wibawa pimpinan. Potensi muncul berbagai macam masalah yang tidak ada relevansi dengan persoalan sebenarnya, memberi kesempatan kepada komunikan menyerang komunikator (pimpinan) yang akan menimbulkan suasana kerja kurang sehat.
Referensi terkait kepemimpinan seperti disebutkan di atas menjadi cermin untuk kita, semakin membuka wawasan termasuk gaya kepemimpinan apakah kita? Tidak ada yang salah dalam kepemimpinan, karena itu cerminan karakter, tantangannya adalah efektif atau tidakkah karakter kepemimpinan kita dalam memimpin organisasi. Kepemimpinan sangat berkaitan dengan keberhasilan kinerja organisasi.
Sebagai bagian dari jajaran pimpinan, mari kita merefleksikan gaya kepemimpinan yang sudah diterapkan dalam kehidupan berorganisasi. Tanyakan pada diri sendiri sudah efektifkah gaya kepemimpinan kita? Sebuah organisasi sangat membutuhkan pemimpin yang mempunyai semangat continues learning dan continues improvement dalam menjalankan kepemimpinannya. Basic attitude dalam mewujudkan excellent leader yakni integritas dan evaluasi diri menjadi syarat utama bagi lahirnya pemimpin masa depan. Pemimpin yang mempunyai kapasitas dan kompetensi cerdas berkomunikasi wajib diwujudkan. Mari kita evaluasi diri kepemimpinan kita, dimulai dari sekarang, mulai dari terkecil dan dimulai dari diri kita sendiri.
Sebuah philosophy penutup tulisan ini, ‘Pemimpin tidak mungkin menyenangkan semua orang, melainkan memberdayakan setiap orang, tetapi memberdayakan setiap orang dengan cara menyenangkan’. (Ninda, 2019) (***).
Macam-Macam Pasal Pencurian Pada KUHP
Jumat, 09 Jun 2023PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEKERASAN KEPADA ANAK DI INDONESIA
Rabu, 08 Feb 2023Kode Transaksi Faktur Pajak, Kenali Jenis dan Saat Penggunaannya
Rabu, 28 Sep 2022Mengenal Undang-Undang ITE
Minggu, 14 May 2023Ingin Ganti Nama? Begini Prosedur Hukumnya
Selasa, 12 May 2020