Songsong Masa Depan, WBP Lapas Yogyakarta Ikuti Ujian Paket C

28-03-2022 - Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Yogyakarta — KANWIL KEMENTERIAN HUKUM DAN HAM RI D.I.YOGYAKARTA

Pemenuhan Pendidikan bagi WBP ini tertuang pada Perjanjian Kinerja yang ditandatangani oleh Kepala Lapas Yogyakarta, Soleh Joko Sutopo, awal tahun ini. Pihaknya berkomitmen meningkatkan pelayanan pembinaan kepribadian berupa pendidikan, yang juga merupakan Hak WBP.

Dalam UPK kali ini, WBP terlihat semangat mengerjakan soal-soal di hadapan mereka walau sering kali menghadapi kesulitan. Ini tampak dari gerakan tubuh mereka yang sering mengkerutkan dahi, menarik rambut atau memijat kepala mereka, bahkan juga sering membolak-balik lembaran soal.

Tiga tahun yang lalu mereka didaftarkan petugas Lapas Kelas IIA Yogyakarta menjadi siswa belajar pada Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Kota Yogyakarta. Selama proses belajar mengajar tutor didatangkan dari SKB Kota Yogyakarta, para WBP belajar seperti siswa sekolah reguler dengan waktu belajar dari hari Senin hingga Kamis.

Ketiga WBP mempunyai kisah yang hampir sama terkait riwayat pendidikan sebelum dibina di Lapas Kelas IIA Yogyakarta. Malas, sering membolos, berkelahi, asik bermain game online adalah aktifitas yang sering mereka lakukan dahulu, hingga akhirnya satu orang WBP putus sekolah, dan dua orang dikeluarkan dari sekolahnya karena melakukan tindak pidana.

Ambar Kusuma, salah satu tutor menyatakan rasa bangganya kepada anak-anak didiknya yang terus aktif mengikuti pelajaran hingga dapat menempuh ujian akhir.

“Kami dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar  berusaha agar suasana kelas tetap menyenangkan, ada sanda gurau, berdiskusi, bahkan  di dalam memberi contoh sebisa mungkin hal-hal yang tidak asing bagi mereka,” tutur Ambar Kusuma.

Sedangkan Kepala Subseksi Bimbingan Kemasyarakatan dan Keperawatan (Bimaswat), Sukamto, menyatakan bahwa Lapas Kelas IIA Yogyakarta berusaha menjawab kebutuhan pendidikan WBP dan bekerja sama dengan SKB Kota Yogyakarta.

Usai mengerjakan ujian 2 mata pelajaran hari itu, para WBP nampak sedikit lega.

“Ujian tinggal besok. Akhirnya kita bakalan punya ijazah. Tidak sangka ya. Padahal dulu waktu sekolah males banget,” ujar Y salah satu peserta ujian.

“Besok bebas ijazahnya bisa untuk cari kerja ya Pak?,” tanya AD peserta ujian lainnya.

Ketiga WBP tersebut sudah mengerti, bahwa pendidikan kesetaraan yang mereka tempuh itu berlaku dan disamakan dengan pendidikan setingkat SMA, dan bisa untuk melamar pekerjaan maupun melanjutkan kuliah. [AK]


Bagikan berita melalui