Sigli - Suasana haru dan penuh syukur menyelimuti Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas IIB Sigli dalam acara “Peusijuk” atas Syukuran Naik Tingkat Al-Quran yang diikuti oleh 16 orang warga binaan pada hari Senin (15/07/2024). Acara ini turut dihadiri oleh Kepala Lapas Perempuan Sigli, Endang Margiati beserta jajaran pegawai di bidang Pembinaan Warga Binaan.
Kegiatan ini merupakan buah hasil pembinaan keagamaan yang dilaksanakan di Lapas Perempuan Sigli dengan tujuan untuk membina mental dan spiritual para warga binaan. Melalui program ini, para warga binaan dengan tekun mengikuti pembelajaran baca Al-Quran yang dibimbing oleh ustadz/ustadzah yang kompeten.
Dalam sambutannya, Endang Margiati menyampaikan rasa bangganya atas prestasi yang diraih oleh para warga binaan. Beliau berharap dengan capaian ini, para warga binaan dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat kembali ke masyarakat dengan bekal iman dan ilmu agama yang kuat.
“Kami sangat mengharapkan para warga binaan dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan bertaqwa kepada Allah SWT. Ilmu yang telah dipelajari dapat menjadi bekal dalam menjalani kehidupan di masa depan,” ucap Endang.
Acara “Peusijuk” ini dimulai dengan pembacaan ayat suci Al-Quran oleh warga binaan. Momen ini menjadi sangat mengharukan bagi seluruh warga binaan yang hadir pada kegiatan yang dilaksanakan di Mushalla An-Nisa Lapas Perempuan Sigli tersebut.
Salah satu warga binaan yang mengikuti Peusijuk Al-Quran, mengungkapkan rasa syukur dan haru atas kesempatan yang diberikan kepadanya untuk mempelajari Al-Quran di Lapas. “Saya sangat bersyukur dapat mengikuti pembinaan tilawah Al-Quran di sini. Ini adalah pengalaman yang sangat berharga bagi saya,” ujarnya.
Ia berharap dengan ilmu yang telah diperolehnya, dia dapat menjadi pribadi yang lebih baik dan dapat kembali ke masyarakat dengan bekal iman dan ilmu agama yang kuat.
Shinta Aneta selaku Kepala Sub Seksi Bimbingan Narapidana dan Kegiatan Kerja meyakini bahwa pembinaan keagamaan merupakan salah satu kunci untuk membina mental dan spiritual para warga binaan agar mereka dapat kembali ke masyarakat dengan bekal yang positif.
Sebagai informasi, Tradisi “Peusijuek” dalam kehidupan masyarakat Aceh juga disebut dengan “Tepung tawar”. Tradisi ini adalah prosesi adat yang merupakan warisan leluhur dalam kebudayaan masyarakat Aceh. Dalam prosesi ini biasanya dimulai dengan bacaan Basmallah, Sholawat Nabi dan Doa Selamat, dalam pelaksanaannya menghadirkan seorang Tengku (ulama) atau orang yang dituakan (Majelis adat) sebagai pemimpin upacara.
Bahan yang digunakan dalam rangkaian “Peusijuk” adalah teupong taweue (tepung tawar dan air) yang bermakna untuk mendinginkan dan membersihkan yang di peusijuek, beras padi yang melambangkan kemakmuran, Oen sijuk juk (daun cocor bebek), Oen manek mano dan naleung samboe (sejenis rumput) diikat menjadi satu yang melambangkan hubungan yang dapat terjalin dengan baik dalam masyarakat. Bulukat (Ketan kuning), makna dari ketan ini adalah mengandung zat perekat, sehingga jiwa raga yang di peusijuek tetap berada dalam lingkungan keluarga dan masyarakat. Warna kuning dari ketan merupakan lambang kejayaan dan kemakmuran.
Acara “Peusijuk” atas Syukuran Naik Tingkat Al-Quran ini ditutup dengan doa bersama yang dipimpin oleh Tgk. Muhammad Anis. Diharapkan dengan acara ini, para warga binaan dapat terus istiqomah dalam membaca dan mempelajari Al-Quran, sehingga dapat menjadi bekal mereka dalam menjalani kehidupan di masa depan.
Macam-Macam Pasal Pencurian Pada KUHP
Jumat, 09 Jun 2023PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KEKERASAN KEPADA ANAK DI INDONESIA
Rabu, 08 Feb 2023Ingin Ganti Nama? Begini Prosedur Hukumnya
Selasa, 12 May 2020Kode Transaksi Faktur Pajak, Kenali Jenis dan Saat Penggunaannya
Rabu, 28 Sep 2022Mengenal Undang-Undang ITE
Minggu, 14 May 2023