Dari Talk Show RSUD Arifin Achmad di Riau Expo 2018: Kanker Disebabkan Pola Hidup

06-11-2018 - Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad — Pemerintah Provinsi Riau

PEKANBARU - Semua orang tahu jika kanker adalah salah satu penyakit yang mematikan. Meski begitu, bukan berarti penyakit ini tidak bisa dicegah.

Beragam imbauan untuk menerapkan gaya hidup sehat sudah sering terpampang dan terdengar di mana-mana. Tujuannya hanya satu, agar mengurangi risiko terkena kanker. Bahkan, sebuah penelitian menyebutkan sebanyak lebih dari 40 persen kanker disebabkan karena faktor gaya hidup. Lantas, gaya hidup apa saja yang jadi pemicu kanker?

Inilah pembahasan dalam talk show RSUD Arifin Achmad di ajang Riau Expo, Ahad (4/11/2018) malam. RSUD Arifin Achmad menghadirkan pembicara yang sangat perpengalaman dan ahli dibidangnya, yakni Dr. dr. Efif Syofra Tripriadi, Sp.B(K)Onk, Dr dr Elmi Ridar, SpA, dr. Sri Melati Munir, Sp.P(K), dan dr. Ari Hidayat, Sp.OG(K).

Talk show ini dipandu dr Sonya, dan turut dihadiri Direktur RSUD Arifin Achmad, dr H Nuzelly Husnedi, MARS, dan istri serta pegawai RSUD Arifin Achmad Riau.

Menurut dr Efif, diketahui jika merokok menjadi penyebab terbesar, sekitar 23%, untuk kanker di kalangan pria, sementara untuk wanita angkanya mencapai 15,6%.

Sedangkan pola makan yang tidak sehat, seperti jarang mengonsumsi sayuran segar atau buah, menjadi penyebab terbesar kedua penyakit kanker di kalangan pria. Untuk wanita penyebab terbesar kedua adalah kelebihan berat badan.

Berdasarkan hasil tersebut, ia mengungkapkan jika berdasarkan dari referensi bukti-bukti yang ada, jelas bahwa 40% kanker disebabkan oleh faktor-faktor yang sebenarnya bisa dicegah. Pasalnya, kanker bukanlah penyakit yang datang tiba-tiba.

"Proses perkembangannya bisa berkembang selama bertahun-tahun dan tidak pernah instan. Itu sebabnya, pada dasarnya setiap orang bisa menekan faktor risikonya, terlepas dia memiliki faktor genetis kanker atau tidak," tutur dokter spesialis bedah cancer ini.

Sementara itu, Dr dr Elmi Ridar, SpA dalam kesempatan itu mengungkapkan, kesuksesan pemerintah daerah mewujudkan anak-anak Riau yang sehat, sebagian bocah-bocah di Negeri Lancang Kuning justru sedang berjuang melawan kanker darah (leukemia).

Sejatinya penyakit yang berhubungan dengan darah, pada anak, setidaknya ada tiga macam. Masing-masing haemofilia, thalasemia dan leukemia itu sendiri.

Haemofilia adalah penyakit keturunan, berupa gangguan pembekuan darah. Kalau terjadi pendarahan pada penderita, darahnya susah berhenti. Bagi penderita haemofilia berat, bahkan seringkali terjadi pendarahan secara spontan di dalam tubuhnya. Kasus ini, paling banyak terjadi di persendian, dan seringkali berakhir dengan kecacatan fisik.

Dipastikan, penderita haemofilia hanya laki-laki. Perempuan tidak. Sebab, begitu seorang bocah perempuan haemofilia lahir, dia akan langsung meninggal, karena begitulah sifat penyakit itu.

Saat ini, sedikitnya terdapat 11 penderita haemofilia yang sedang ditangani di Riau. Ada yang masih bayi, kanak-kanak, dan ada pula yang sudah mahasiswa. Di antaranya tiga bersaudara asal Bagansiapiapi, Rokan Hilir. Si anak pertama, yang mengidap haemofilia, ketika berusia dua tahun terjatuh sehingga mengalami luka dan pendarahan di dagu. Karena waktu itu, di Bagansiapiapi belum ada unit transfusi darah, si bocah meninggal. Anak kedua, juga menderita haemofilia dan mengalami nasib serupa. Maut menjemputnya karena mengalami pendarahan di otak. Sekarang adiknya, si bungsu, juga mengidap haemofilia. Namun masih dalam perawatan.

Lalu, thalasemia? Adalah penyakit, dimana struktur haemoglobin darah penderitanya tidak normal. Akibat kelainan ini, umur darahnya pendek, kurang dari usia normal, yakni 120 hari. Dengan kondisi ini, seorang penderita thalasaemia akan terlihat cepat pucat, lemas, ngantuk, hidupnya tidak berkualitas, dan tidak berprestasi. Selain itu, metabolisme tubuh penderita pun terganggu.

Satu-satunya cara menangani penyakit ini adalah, penderita harus melakukan transfusi darah sekali sebulan, sepanjang usianya. Biaya yang dibutuhkan tentu tak sedikit.

Biaya sebesar itu pun hanya berlaku hingga si penderita menginjak usia 10 tahun. Ini akan meningkat terus sejalan dengan pertambahan usia dan berat badan.

Saat ini penderita thalasemia yang terdeteksi dan sempat dirawat, sekitar 45 orang. Mereka berasal dari berbagai daerah dan status sosial. Namun rata-rata dari kelas ekonomi menengah ke bawah.

Sedangkan leukemia ialah penyakit kanker ganas yang menyerang sumsum tulang, yang tak lain adalah ‘pabriknya’ darah. Penyakit yang acapkali datang mendadak ini, dapat menyerang siapa saja.

Anak penderita leukemia membutuhkan perawatan dan pengobatan serius. Selama 2-3 bulan pertama, mereka wajib dikemoterapi dan dirawat inap di rumahsakit. Selanjutnya pengobatan (kemoterapi) digenapkan menjadi dua tahun penuh. Namun selama rawat jalan, penderita harus melakukan kontrol berkala ke rumah sakit dua kali sebulan.

Sementara itu, dr. Sri Melati Munir, Sp.P(K), dokter spesialis paru mengatakan, penyakit paru umumnya berasal dari kebiasaan merokok. Umumnya terjadi pada laki-laki.

Namun lebih parah terpapar penyakit paru tersebut pada perempuan yang menjadi perokok pasif. Untuk itu, diharapkan kepada perokok agar menjauh dari orang sekelilingnya.

dr. Ari Hidayat, Sp.OG (K), spesialis kandungan membahas masalah kanker serviks dan kanker rahim.

Menurut dr Ari, Kanker rahim adalah pertumbuhan sel yang tak terkendali yang menyerang organ rahim, dinding rahim, dan sekitarnya.

Kanker serviks adalah pertumbuhan sel yang tak terkendali yang terjadi pada leher rahim. Leher rahim merupakan saluran yang menghubungkan antara vagina dan rahim.

Kanker rahim termasuk jenis kanker yang paling sering terjadi pada wanita, faktor penyebab kanker rahim sampai saat ini belum dapat diketahui. Namun terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker rahim seperti umur, riwayat kehamilan, obesitas, terapi gormon, riwayat keluarga,

Kanker serviks merupakan jenis kanker yang paling sering menyebabkan kematian wanita Indonesia. Pada tahap awal, kanker serviks tidak menimbulkan gejala. Hal ini yang menyebabkan penderita kanker serviks di Indonesia meningkat, karena keterlambatan diagnosis. Saat sudah diperiksa, stadium kanker serviks sudah lanjut.

Beberapa gejala kanker serviks yaitu perdarahan vagina di luar masa menstruasi, perdarahan setelah masa menopause, keputihan bercampur darah, nyeri di daerah panggul, nyeri saat berhubungan seksual, dan penurunan berat badan.

Untuk mencegah terjadinya kanker serviks, Anda sebaiknya memeriksakan kesehatan organ kewanitaan secara rutin, setahun sekali. Anda perlu memeriksakan diri sejak umur 21 tahun atau saat Anda mulai aktif dalam aktivitas seksual.

Semakin dini kanker serviks ditemukan, angka kesempatan hidup akan semakin besar. Beberapa tes yang dapat Anda lakukan adalah tes inspeksi visual asam asetat di puskesmas atau pemeriksaan lanjutan dengan pap smear.

Mulai perhatikan kesehatan organ kewanitaan Anda dengan pemeriksaan rutin organ reproduksi setahun sekali. Pemeriksaan ini dapat membantu Anda mendeteksi adanya lesi (luka) prakanker yang apabila ditemukan sejak dini dapat meningkatkan angka harapan hidup lebih baik.

Talk show berlangsung lebih dari satu jam ini juga mendapat respon dari pendengar yang hadir. Sedikitnya ada 4 penanya dalam acara tersebut. *

 

Bagikan berita melalui