Cek Kelayakan Tempat Penimbunan di luar Kawasan Pabean, Bea Cukai Kualanamu Kunjungi PT USDF

11-10-2018 - Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean B Kualanamu — Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Sumatera Utara

Bea Cukai Kualanamu berkunjung ke PT Ultra Sumatera Dairy Farm (USDF) di Kecamatan Merek Kabupaten Karo Sumatera Utara, Sabtu (29/9/2018) dalam rangka pemeriksaan lokasi tempat penimbunan di luar Kawasan Pabean. Perusahaan produsen susu asal Denmark ini mengimpor bibit sapi perah dari Australia sebanyak 212 ekor pada 3 Oktober 2018. Perusahaan itu memohon izin menimbun di gudang importir lantaran sifat barang tersebut sedemikian rupa sehingga tidak dapat ditimbun di TPS. Bea Cukai datang ke lokasi untuk memastikan seluruh sarana dan prasarana perusahaan layak untuk dijadikan Tempat Penimbunan di luar Kawasan Pabean.

USDF adalah produsen susu sapi Ultra High Temperature (UHT) dengan luas lahan 110 hektare, dengan rincian 73 hektare sistem silvo pastura (pinjam pakai) kepada Kementerian Kehutanan dan 37 hektare lainnya berstatus milik perusahaan. USDF akan membangun 20 kandang sapi dengan kapasitas keseluruhan berkisar 10-20 ribu ekor sapi. Kandang dibangun dengan memperhatikan segala detailnya untuk membuat sapi nyaman. Setiap kandang bisa memuat sebanyak 600 ekor sapi yang mana setiap satu hektare lahan diproyeksikan sebagai tempat untuk 15 ekor sapi.

 

Project Manager PT USDF Jeremy Hockin mengatakan, perusahaan ini akan menjadi ternak sapi terbesar di Indonesia dan 21 besar di dunia. Tim Bea Cukai Kualanamu diajak berkeliling mulai dari kandang, tempat pemerahan, tempat melahirkan, kadang sapi hamil, gudang pakan, pabrik pengolahan susu, dan embung pembuangan kotoran sapi.
Pantauan tim Bea Cukai Kualanamu, sebanyak tiga kandang megah telah siap pakai. Tim dipandu mengunjungi kandang untuk karantina seluas 38 x 140 meter. Seluruh kandang dibangun dari material impor asal Amerika mulai dari atap, besi, alas, termasuk sistem pembuangan kotoran, flushing system, yang dirancang miring di bawah tanah sehingga air dapat mengalir ke tempat pembuangan. Seluruh kotoran akan berakhir di tiga embung besar, satu di antaranya telah dibangun. USDF berdiri di dataran yang relatif tinggi dengan suhu yang dingin. Meski demikian, perusahaan ini tetap ingin memastikan suhu terjaga dengan memasang kipas berukuran besar pada bagian langit-langit kandang.


Seluruh sapi tersebut diimpor dalam kondisi 4-6 bulan mengandung dengan tingkat kemungkinan melahirkan sapi betina sebesar 90 persen. Seluruh sapi akan siap perah pada akhir tahun ini. Hockin mengatakan, jika sapi melahirkan sapi jantan, perusahaan akan menjualnya untuk warga sekitar.
“Kenapa kami pilih sapi Australia yang hamil karena biaya pakan sapi mahal sekali termasuk vitamin, pakan, dan perawatannya. Kalau sudah hamil pasti sudah ada air susunya pas lahir. Jadi pas lahir sudah bisa produksi susu,” ujar Project Manager USDF Dinda Sury Elsa.
Nantinya, ketika seluruh sapi telah terkumpul perusahaan ini akan memproduksi 300.000 liter susu per hari.

Kasubsi Hanggar PKC X Bea Cukai Kualanamu Bambang Astono mengatakan, fasilitas pembebasan bea masuk untuk bibit sapi diberikan sebagai penunjang perusahaan tersebut yang notabene sebagai industri sapi perah berskala besar pertama di Sumatera Utara.

Bagikan berita melalui