Cara Luar Biasa RSUD AA Bangkitkan Percaya Diri Penderita Thalasemia

06-09-2018 - Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad — Pemerintah Provinsi Riau

Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika dan menyebabkan protein yang ada di dalam sel darah merah (hemoglobin) tidak berfungsi secara normal. Cacat sel darah merah ini diturunkan dari kedua orang tua. Artinya Si Ayah dan Ibu pembawa sifat, meski keduanya terlihat sehat.

Penyakit ini akan diderita oleh seseorang seumur hidup. Banyak dari mereka yang hidup dengan tidak percaya diri, bahkan ada yang putus asa dalam menjalani kehidupan.

Di Provinsi Riau sendiri, berdasarkan pasien yang terdata di RSUD Arifin Achmad setidaknya ada sekitar 150 pasien yang rutin berobat.

"Penderita Thalasemia menjalankan pengobatan dengan tambah darah yang rutin, kemudian juga mengonsumsi obat," jelas dr. Elmi Ridar, SpA.

 

 

Kondisi penderita thalasemia lebih cenderung letih, mudah mengantuk, pingsan, hingga kesulitan bernapas. Namun yang lebih menonjol adalah banyaknya penderita thalasemia sering putus asa dan tidak percaya diri.

RSUD Arifin Achmad mencoba membuat sebuah terobosan untuk mengatasi "efek" si pasien tadi, diantaranya dengan membuat beberala kegiatan.

Rabu, 5 September 2018, merupakan kegiatan perdana yang ditaja oleh Thalasemia Center, yakni Beauty Clas. Sesuai dengan namanya, peserta merupakan pasien perempuan yang akan mempelajari tata rias.

"Kita ingin mereka menjalani kehidupan dengan penuh semangat, percaya diri dan tidak merasa terkucilkan. Mereka juga bisa menghasilkan uang dari keterampilan yang mereka punya," jelas dr. Elmi yang juga Kepala Instalasi Pelayanan Kanker Terpadu RSUD AA.

dr. Elmi mengaku bahwa kegiatan ini kegiatan sosial yang digagas olehnya bersama Yayasan Thalasemia Indoneaia Cabang Riau dan Persatuan Orangtua Penderita Thalasemia Indonesia Cabang Riau.

"Mereka diajarkan bagaimana tata rias, minimal untuk diri sendiri. Karena mereka akan tumbuh remaja dan dewasa, jadi beberapa keterampilan wajar mereka dapatkan," ulas dr. Elmi.

"Minimal mereka bisa melupakan sakit yang mereka derita, walaupun sesaat. Kita ingin selama mereka menjalani pengobatan, bisa selalu senyum dan bahagia," harap dr. Elmi.

Untuk pengobatan sendiri, kata dr. Elmi, sudah ada beberapa negara mencoba mengembangkannya, yakni dengan transpalantasi. Namun biaya pengobatannya masih sangat mahal. Beberapa negara yang coba mengembangkannya yakni Thailand, China, Jepang dan lainnya. ***

Bagikan berita melalui